Bismillahirrahmanirrahiim...
Ya Allah Sumber segala keberkahan,
Sumber Segala keselamatan, dunia maupun akherat,
Sumber Segala keilmuan, yang kasat mata, yang tak kasat mata maupun ilmu laduni,
Sumber Segala kekayaan, kekayaan yang nyata maupun yang tersamar,
Sumber Segala kecerdasan ataupun segala kejeniusan, baik yang dipelajari maupun yang tak dipelajari,
Sumber Segala kebahagiaan, yang dicari maupun yang tak dicari,
Sumber Segala kesuksesan dunia maupun akherat,
Sumber Segala kesehatan, yang lahir maupun batin,
Sumber Segala hajat, jiwa maupun raga,
Dan Sumber atas Segala yang melingkupi segala sesuatu,
Ya Allah,
Pemilik Ramadhon dan penentu segala Rahmat serta keberkahannya,
Jika ada puji syukur kami, hanya patut kami naikkan BagiMu Sumber segala sesuatu dan yang meliputi serta yang melingkupi segala sesuatu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kami Muhammad Rasulullah SAW, serta keluarga dan para sahabatnya, dan kami pula yang setia mengikuti jalannya hingga akhir jaman. Aamiin. Sebagaimana Engkau beserta seluruh alam semesta juga bershalawat atas nabi kami yang ummi.
Wahai Sahabat Maag Dan Gerd yang saya hormati dan kasihi...
Saya yakin bahwa bagi kalian yang saat ini sudah berusaha menjalani puasa Ramadhon, tentu menanti-nanti tulisan saya tentang Bagaimana Niniek SS Berpuasa Ketika Sakit. Kalian ingin mengambil contoh bagaimana saya dulu menjalani puasa. Ketika sedang mengalami penderitaan maag dan gerd yang tak terperi..
Sakit maag kronis dan gerd memang sakit yang tak bisa diceritakan penderitaannya. Sakit yang keluhannya muncul semau gue dan tak bisa diprediksikan penyebabnya.
Terkadang kita sudah menjaga pikiran. Sudah menjaga pola makan. Dan sudah berusaha tak melakukan aktifitas yang bisa mendatangkan kelelahan..Eh lha kok masih kambuh juga ? Usut punya usut, setelah tanya sama Bu Niniek, ternyata karena sebelumnya kalian lupa angkat yang berat-berat, dan naik sepeda keliling komplek untuk berolahraga yang ringan. Ternyata aktifitas bersepedapun terkadang masih menjadi penghambat kesembuhan. Masih bisa menyebabkan kambuh. Ya Allah..Harus bagaimana kita ini ?
Sudah pasti, Ramadhon selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh Umat Muslim yang taat. Yang mencintai Allah SWT. dengan segala hukum-hukumNya. Yang mencintai Rasulullah dengan segala suri teladannya. Atas segala kecintaannya kepada kita sekalian Umatnya, yang selalu didoakannya serta dibela-belain hingga akhir hayat Beliau.
Sudahkah kita pernah berpikir apa balas budi kita kepada Nabi kita Rasulullah SAW ? Atas kecintaan Beliau yang begitu mendalam kepada kita sekalian Umatnya ? Paling tidak dengan menjalankan sholat kita dengan baik..menjalankan puasa kita dengan benar...berusaha mencintai membaca Al Qur’an serta mempelajari tafsir dan terjemahannya. Menjalankan zakat sesuai ketentuannya..belajar bersedekah dengan ikhlas. Jika mampu ya naik haji. Iya kan ? Yang penting kita telah berusaha dengan niat yang benar...adapun hasilnya serahkan saja kepada ketentuan Allah SWT, yang pasti maha baik untuk kita.
Teman-teman,
Jika kita sedang sehat, siapa sih yang tak ingin menjalankan puasa Ramadhan ? Bulan yang penuh Rahmat, Karunia dan AmpunanNya ? Bulan, dimana dari seluruh tingkap langit ditumpahkan keberkahan ? Subhanallah...
Namun jika kita sedang dirundung sakit maag dan gerd yang tak sembuh-sembuh...tentu ketika Ramadhon tiba hati kita super galau. “Kuat Puasa tidak yaa? Tidak puasa ada rasa berdosa...Puasa kok ragu-ragu, bisa tidak ya untuk puasa ? “ Sebab telat makan saja perut berontak, kalau sudah keluar keringat dingin dan kepala kliyengan, Ya Allah..dunia rasanya mau kiamat ! Iya benar teman. Dulu saya juga begitu kok. Antara dorongan yang kuat untuk puasa dengan ragu-ragu untuk bisa puasa, berperang rame dalam benak ! Semua ya gara-gara sakit maag kronis dan gerd tersebut !
Belum lagi, malunya bukan main kalau ada orang tahu bahwa kita tak puasa. Ya Allah. Tubuh kita kelihatan bugar. Sepertinya kita memudah-mudahkan untuk tidak puasa. Sepertinya kita menyepelekan untuk puasa. Iya Kan ? Pasti begitu pula kalian yang saat ini “terpaksa” belum bisa puasa kan ?
Mosok selamanya tak akan puasa ? Karena sakit kita tak sembuh-sembuh ? Saya lalu memutuskan untuk puasa ! “Semampunya !”...yang penting sudah niat dan mencoba.
Benar saja, ketika saat sahur tiba, saya ikutan sahur dengan apa adanya. Pertama-tama saya minum segelas air teh hangat yang encer dengan 1 sendok kecil gula merk “GULAKU” yang manisnya tak membuat sakit perut.
Tak berapa lama kemudian saya makan nasi lembek seentong tak penuh. Dengan lauk telor ayam kampung yang saya rebus matang muda. Yang kuning telornya masih berwarna oranye belum menjadi kuning. Jika merebusnya masak, kan warnanya kuning gading ? Telur saya kupas lalu makannya dengan saya taburi garam meja sikiit..sayurnya saya merebus labu siam yang masih muda sepertiga buah, tak saya kupas hanya saya cuci bersih lalu dikukus hingga matang, lalu makannya diiris memanjang, juga ditaburi garam meja sedikiiit..Itu saya lakukan biasanya pada jam setengah 3.
Setelah makan sahur biasanya saya baca Qur’an sebisanya karena kalau untuk duduk terlalu lama perut begah, dan tak enak sekali rasanya.
Setengah jam kemudian biasanya saya makan beberapa butir kurma jika ada, dan satu gelas air madu, juga jika sedang ada. Karena saat itu keuangan saya sangat terbatas, maka jika sedang ada uang, saya membiasakan diri, untuk mengutamakan belanja madu dan kurma, baru untuk belanja makanan yang lain. Sayur dan lauk-pauknya.
Saya bisa sedih sekali jika dirumah tak ada madu. Karena kurma memang kadang-kadang ada dan kadang-kadang susah dicari, kalau tidak musim Ramadhan maka harus pesan dulu jauh waktu sebelumnya. Tidak seperti dikota-kota besar, dimana bisa dibeli kurma setiap waktu.
Bagi saya waktu itu, kurma dan madu adalah barang mewah. Tapi saya tetap mendahulukan untuk beli, karena ada sunnah Rasul disana. Ada keberkahan jika memakannya. Saya menjadi tenang jika ada salah satu dirumah. Tidak harus kedua-duanya terbeli.
Saat itu saya belum mengenal minum air mentah ataupun morinda. Sakit saya masih benar-benar payah. Namun saya selalu berusaha untuk bisa puasa setiap harinya.
Waduuh...jam 9 pagi perut rasanya panas tak karuan. Untung saya sudah sholat dhuha jam 8 tadi. Melilit seperti dipilin-pilin. Melihat termos rasanya ingin segera ambil gelas dan membuat air hangat untuk diminum. Karena lambung benar-benar terasa sakit luar biasa. Keringat dingin sudah mulai keluar. Dan badan juga ikutan gemetar. Tubuh lemas. Masih saya tahan dengan berbaring dan mengganjal perut dengan guling.
Tak berhasil meredakan lambung. Saya minta tolong suami untuk mengambilkan botol yang diisi air panas untuk mengompres perut, karena sudah tak kuat jalan. Mau berbuka takut banget dosa. Tapi tidak buka kok rasanya seperti ini ? Suami, ketika menyodorkan air panas dalam botol, rupanya tak tega melihat saya ditempat tidur menungging menahan sakit. Lalu ujarnya :”Sudahlah buka saja. Tak baik diteruskan puasanya. Allahpun tak memaksa orang sakit untuk puasa”...
Saya melihat ke jam dinding lagi.. Jam masih menunjukkan jam 10.00 pagi. Demi mendengar anjuran suami untuk tidak melanjutkan puasa, dingin rasanya hati ini. Suami langsung mengambilkan air hangat dan menyodorkan air kunyit yang telah disiapkan untuk saya. Saya menangis sedih campur haru. Sedih karena tak bisa melanjutkan puasa hari itu, dan sangat terharu melihat betapa perhatian suami atas penderitaan yang saya alami selama ini.
Dengan memohon ampunan yang sangat kepada Allah SWT. sayapun segera berbuka dengan minum air hangat seteguk demi seteguk, dengan sebelumnya membaca doa berbuka puasa. Ketika minum tegukan pertama, rasanya ada sesuatu yang sangat berharga hilang dari diri saya. Alangkah sayangnya saya terpaksa membatalkan puasa saya.
Tak lama setelah saya minum air kunyit, alhamdulillah perut mulai mereda dan akhirnya hilang sama sekali sebelum saya sempat makan sesuatupun. Karena sudah batal puasa, maka sayapun lalu makan nasi lembek bekas sahur semalam dengan sedikit kecap. Lambung menjadi tenang dan sayapun lalu tidur..karena disuruh oleh suami.. karena kondisi maag saya memang belum sembuh saat itu. Hari-hari biasa sebelum Ramadhanpun saya memang belum sehat, dan lebih banyak berbaring daripada bangun dan beraktifitas.
Begitulah hari hari seterusnya saya terus mencoba untuk puasa dengan tertatih-tatih menahan sakit. Hari pertama puasa hanya sampai jam 10.00. Hari kedua jam 12.00. Hari ketiga sampai jam 1 siang. Terus hari keempat alhamdulillah sampai jam 3 sore. Terus saya berusaha dan berusaha. Dan suami saya terus berusaha mendukung saya dengan telatennya membuatkan saya air kunyit untuk berbuka membatalkan puasa yang ditengah jalan tersebut.
Dan alhamdulillah persis pada hari ke 7 kalau tidak salah ingat, saya bisa puasa full hingga akhir Ramadhon. Jika saja saya menyerah pada hari pertama, dan tidak mencobanya berpuasa lagi pada hari yang kedua dan selanjutnya, mungkin sampai sekarangpun saya tidak akan berani untuk menjalani puasa lagi karena trauma sakitnya untuk berpuasa.
Karena keyakinan saya yang teguh, bahwa didalam Ramadhon berlimpah ruah dengan ampunan dan karunia, saya tetap bersikukuh untuk terus berpuasa, karena saya ingin memperoleh keberkahan Romadhon pada setiap tahunnya.
Tahun-tahun ketika saya sakit memang belum pernah berhasil puasa full seharipun. Tetapi saya tak pernah putus asa. Meskipun hanya bisa sampai jam 10, jam 12, atau jam 3, saya tetap berusaha menjalani puasa semampunya.
Saya tidak puasa ketika saya muntah pada pagi-pagi masa sebelum subuh, dan terus mual sepanjang hari. Disitulah saya sering benar-benar ragu untuk puasa. Jangan-jangan nanti putus ditengah jalan.
Menu puasa sayapun hampir tak ada bedanya dengan ketika hari-hari tidak puasa. Nasi lembek, telor, labu siam, kentang kuning, tepung kerut, madu dan kurma, buahnya seringkali kates yang benar-benar sudah masak.
Baru setelah minum air mentah dan morinda habis 4 botol, mulai saat itulah saya bisa merasakan bisa full puasa dalam satu harinya. Itupun setelah saya mencoba dengan tertatih-tatih dengan perjuangan yang sangat keras hingga hari ke 7 nya. Dan sebelumnya masih gagal dan gagal lagi.
Subhanallah...hari dimana saya bisa puasa full dalam satu hari, saya menangis tersedu-sedu, betapa bersyukurnya saya bagaikan bisa menang perang melawan musuh dalam diri sendiri yang selama ini menguasai. Allah Hu Akbar.
Oleh karena itu saya terus berpesan kepada teman-teman sakit maag dan gerd yang bertanya kepada saya :”Ibu menurut Ibu, apakah saya sudah boleh berpuasa ?”, bahwa puasa harus selalu dicoba, harus selalu diniatkan dijalani karena Allah.
Adapaun nanti hanya kuat hingga jam 10, jam 12 ataupun jam 3 seperti saya tetap alhamdulillah. Tidak apa-apa. Itu jauh lebih baik daripada tidak mau mencoba puasa sama sekali. Ketika maag saya masih kronis dulu saya selalu menjalani puasa Ramadhon seperti kanak-kanak yang lagi belajar puasa kok. Sekuatnya, semampunya, tak pernah bisa full hingga sampai maghrib.
Demikian aja dulu ya teman, share saya tentang Bagaimana Niniek SS berpuasa ketika sakit ? Semoga bermanfaat. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhon, semoga lancar dan penuh keberkahan. Aamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 12 Juni 2016,
Salam Ubudiyah,
Niniek SS